Teman Lama

Cuma sekedar ingin bercerita tentang teman lamaku, yaa bisa dibilang sahabat karibku. dia yang dulu selalu menemani hari-hariku. Orangnya cantik walaupun berkulit hitam, hitam manis. Tapi, bagaimanapun akrabnya kami, entah kenapa dia suka menjelek-jelekkan aku didepan orang lain, (dibelakangku tentunya). Aku tau itu, karna orang tempat iia menceritakan kebohongan tentangku tidak percaya dan menanyakan padaku benar tidaknya. Aku biasa saja jika hal itu terjadi, toh itu sudah kebiasaannya. Yang aku tidak habis pikir, kenapa dia melakukan itu? padahal hubungan persahabatan kami sudah seperti saudara.
Aku sengaja tidak menyebutkan namanya, aku nggak mau lebih banyak lagi orang yang tau. Tapi untuk mempermudah cerita, sebut saja namanya Aya.
Maaf kawan, bukan maksudku untuk mempermalukan kamu, tapi mungkin dengan kisah kehidupan kamu ini dapat menyadarkan orang lain.
Oke, kembali ke cerita.
Aya, seorang anak piatu yang ditinggal mati ibunya sejak ia masih bayi, lalu ayahnya menikah dengan adik ibunya, karena ayahnya tidak mau mengurus anak-anaknya sendirian. Masa kecilnya sangat menyedihkan, karena sering disiksa ibu tirinya, kasihan memang, tpi itu karena Aya yang tidak mau menurut.
Saat memasuki usia remaja, Aya sudah mengenal pacaran, dan sering gonta ganti pacar, padahal usianya saat itu baru 12tahun, masih terlalu muda, sedangkan aku saja yang lebih tua 2tahun daripada dia belum tau sama sekali apa itu pacaran.
Saat usianya 13tahun, Aya mulai mengenal dan belajar ciuman. Aku melihat sendiri didepanku. Aku bingung harus berbuat apa, akhirnya aku hanya diam. Aku takut setelah itu ia semakin berani melakukan hal-hal yang lebih menyimpang.
Akhirnya, persahabatan kami mulai longgar, aku mulai siuk dengan kegiatan sekolahku, dan dia lebih akrab dengan anak-anak yang tidak bersekolah, suka mabuk. Aya juga mulai ikut mabuk, sering ikut pacarnya balap motor, pokoknya macam-macamlah.
Aku kaget mendengar kabar itu, tidak kusangka, setelah kami berpisah, aku sukses dibidangku dan ternyata Aya, sahabatku hampir 'rusak' karena pergaulannya. Sedih rasanya.
Dan mulailah kebohongannya yang membuatku marah.
yang pertama. Teman Aya bilang, "ka, benar gak sih, rumah yang kaka tempati itu punya keluarga Aya? Dia bilangnya sih gitu, kalau gak ada keluarganya, keluarga kaka gak bakalan tinggal dirumah besar gitu." Jelas aku kaget, dan aku bilang, "Apa? Bukannya Aya yang sering minta uang sama aku, nginap dirumah aku, makan dirumahku? Sepeserpun keluargaku gak pernah minta atau dikasih uang dari keluarganya Aya." Aku marah.
yang kedua, aku seorang penyanyi. Dan pada waktu itu, grup kami kekurangan peyanyi, karena pada tanggal itu banyak yang mengadakan acara sehingga teman-temanku sesama penyanyi semua ada kerjaan. Akhirnya aku ajak Aya, ternyata ibunya gak ngizinin. Berangkatlah aku dan ayahku ke lokasi (aku selalu ditemani ayahku tiap menyanyi).
esoknya, ada yang bilang ke mamaku, tentang Ibunya Aya yang bilang, "Vina itu ternyata penyanyi yaa. tapi kok nyanyi smpai jam 2 malam. Nyanyi apa sih kok sampai jam 2 malam baru pulang? kemaren dia ngajak anakku, tapi aku gak ngizinin, emank kekurangan uang apa, nyanyi nyanyi segala?" cerita ibunya Aya seakan akan bilang kalu aku ini bukan hanya menyanyi, tapi juga sebagai wanita nakal. Ibunya juga cerita sam orang-orang, kalo aku sering keluar rumah sampai sore dan gak pernah dicari sama ortu aku. Padahal aku gak pernah keluar rumah sampai sore, sekitar jam 5 aku selalu sudah ada dirumah.
Dan jelas itu membuat mama marah besar, dan aku juga gak boleh lagi berteman sama Aya.
Mama bilang, walaupun banya orang yang menjelek-jelekkan kamu, buktikan bahwa itu semua bohong, buktikan kamu baik, buktikan kamu lebih baik daripada Aya, ibunya belum tau saja anaknya seperti apa.
Akhirnya semua mulai terbukti, Aya berani minum-minum dirumahnya dan ketahuan keluarganya, Aya juga yang ampai jam stengah 7 malam belum pulang pulang ke rumah. Dan aku (tidak bermaksud sombong) sukses di sekolahku, nilaiku yang baik, dan selalu diajak ikut berpartisipasi di setiap acara acara sekolah.
Dan inilah kemalangan bagi Aya, Aya hamil . . .
Pantas saja Aya mendadak menikah, menikahnya dengan seorang laki laki muda tanpa pekerjaan tetap pula.
Aku sedih melihat keadaannya, Aya yang dulu bilang, "ka, aku mau jadi orang sukses, kalu aku sudah kaya, sudah punya mboil dan rumah mewah sendiri baru aku mau nikah. kalaupun nanti aku nikah,nikahnya juga harus digedung besar, acaraya juga harus meriah dan mewah. Suamiku juga harus ganteng, kaya, punya mobil, gajihnya besar."
Ternyata, semua itu hanya mimpi bagi Aya, perkawinannya sangat sederhana. Sekarang dia tinggal disebuah rumah yang sangat sederhana, besar sih, tapi banyak yang juga tinggal disana, rumah tanpa kamar.
Dan lebaran tadi, lebaran pertamanya dengan keluarga barunya sangat memprihatinkan bagiku. Aya yang dulu selalu menyambut hari lebaran dengan mewah, tahun ini tak ada kue disana, tak ada minuman seperti dulu, yang ada hanya kerupuk dan air es.
Aku sedih melihat keadaan temanku. Bagaimanapun jahatnya perkataannya kepadaku, dia tetap sahabatku.
Sekarang, dia seperti orang (maaf) mendadak miskin.
Ada perasaan menyesal didalam hatiku, seandainya saja dulu kami tetap bersama, mungkin aku bisa mencegahnya, mejaganya dari perbuatannya yang tidak baik, dan tidak akan seperti ini jadinya.
Maafkan aku, Aya. Sekarang aku tidak tahu harus gimana?
Aku hanya bisa berdoa, semoga kamu bahagia hidup dengan suami kamu, dan sabar menjalani hidup barumu sekarang sebagai seorang istri, dan nanti sebagai seorang ibu.

Posting Komentar