Cerita ini
hanya karangan fiksi. Tema cerita ini saya ambil dari sebuah lagu dangdut
favorit saya, judulnya Mengapa Manusia Tiada Sama, tapi ada juga yang bilang
Tirai Cinta. Karangan saya ini menceritakan tentang kisah cinta yang tidak
direstui oleh ibu si laki-laki, karena si wanita adalah seorang yang biasa.
Ini adalah
cerita karangan saya yang pertama, jadi, mohon dimaklumi saja jika hasilnya
masih belum bagus. Karena itu, saya siap menerima kritik, saran dan komentar
dari pembaca agar saya dapat memperbaiki kekurangan saya dalam mengarang.
>(..Tirai Cinta..)<
Kisah ini berawal dari sebuah
tabrakan kecil di taman kota, dan itulah pertemuanku dengannya.
“Ehh .. Sorry ya .. Tadi aku benar-benar gak sengaja.. Kamu gak papa kan?”
“Iya… Aku
gak papa kok ,, Cuma kakiku masih sakit sedikit..”
“Bener gak
papa? Mau aku antar ke tukang urut?”
“Iya, gak
papa .. Makasih..”
“Oh, ya ..
Namaku Rafi .. Nama kamu siapa?”
“Anggi”
jawabku singkat
Perkenalan ini kemudian berlanjut
pada obrolan dan cerita. Aku senang berkenalan dengan Rafi, dia mudah bergaul
dengan orang yang baru dikenalnya, tidak seperti aku yang pemalu.
Kemudian dia bercerita tentang
keluarganya. Ternyata Rafi adalah anak tunggal. Dan tentunya semua keinginannya
selalu dipenuhi orang tuanya. Selain karena dia anak satu-satunnya juga karena
orang tuanya yang sama-sama punya pekerjaan. Ayahnya seorang polisi dan ibunya
adalah dokter anak yang lumayan terkenal dikotaku, dan tentu saja penghasilan
mereka tidak sedikit. Dan sekaarang Rafi masih kuliah, katanya dia ingin
mengikuti jejak ibunya, menjadi seorang dokter.
Aku menjadi malu berteman dengannya,
kami sangat bertolak belakang. Rasanya tidak pantas aku berteman dengannya.
Rafi orang kaya, sedangkan aku?
Aku hanyalah anak seorang tukang tambal ban, ibuku hanya seorang ibu rumah
tangga yang tidak punya penghasilan. Kuliah pun hanya mimpi buatku.
“Heii .. Kok bengong sih?”
“Hah? Eh ..
Ah, enggak kok…”
“Nah …
Sekarang giliran kamu yang cerita .. Masa aku terus sih?”
“Enggg ..
Emmm … Cerita ap?”
Mati aku .. Aku harus gimana nih?
Aku belum siap kalau harus cerita tentang kehidupanku.
ALLAHU AKBAR … ALLAHU AKBAR ..
Terdengar suara adzan dari Mesjid Al-Mukarram yang baru selesai di renovasi.
Suaranya terdengar jelas karena memang letaknya tidak jauh dari taman kota.
“Fi ,, udah sore .. Aku harus pulang sekarang..”
“Oh, iya ..
Hati-hati dijalan ya .. Eh, boleh minta nomor Hp kamu gak?”
“Iya .. 0852
. . . . “
Ah .. Lega rasanya. Aku memang belum
siap bercerita. Setelah pertemuan itu, kami menjadi semakin akrab saja, seperti
sudah lama kenal. Walaupun dia di Palangka Raya dan aku di Kuala Kapuas, kami
tetap sering bertemu ketika dia pulang ke Kapuas, di waktu luang kami juga
sering SMS dan telepon. Aku tidak mengenal BBM seperti orang-orang sekarang.
Mana mungkin aku punya BB, Hp pun syukur bagiku.
Waktu berlalu, tapi selama beberapa
bulan ini dia tidak pernah menemuiku lagi, dan jarang menghubungiku. Katanya
sih sibuk dengan kuliahnya. Aku maklum saja. Dia kan calon dokter.
Entah kenapa selama itu aku merasa
kehilangan, sepi. Aku merasa seperti . . . Ah .. Sulit untuk ku ungkapkan. Yang
pasti, aku ingin sekali dia selalu ada disetiap hari-hariku, seperti kemaren.
Huh .. Ternyata ini yang namanya rindu? Seperti ini rasanya merindukan
seseorang?
Aku piker, aku tidak bisa merasakan kerinduan, karena aku tidak pernah jauh
dari orang yang kusayang, orang tuaku. Tapi sekarang, aku merindukan seseorang
yang bukan siapa-siapaku.
“Rafi sekarang lagi ngapain ya? Duh .. Kok aku mikirin kamu sih, Fi? Kamu
mikirin aku gak sih? Kamu kangen gak sama aku?”
Ah .. Aku kenapa sih? Emank dia
siapa? Aku juga bukan siapa-siapanya dia. Buat apa aku mikirin dia? Dia jyga
gak mungkin mikirin aku.
Waktu terus berlalu, aku sudah lupa
berapa lama sudah kami berkenalan. Sekarang Rafi sudah menjadi dokter, seperti
yang dicita-citakannya. Dan itu semakin menambah kesibukannya. Tapi ternyata
Tuhan menakdirkan kami bertemu kembali. Ketika itu, adikku Ray sakit, badannya
panas dan dia menggigil kedinginan. Kami panic dan langsung membawanya ke rumah
sakit.
Ternyata, dokter yang menangani
adikku adalah Rafi. Dan yang tidak pernah aku duga sebelumnya terjadi.
Mengimpikan hal itu pun aku tidak pernah. Ternyata rinduku padanya tidak hanya
sekedar rindu. Ternyata dia juga merindukanku.
“Anggi … Aku mau ngomong sama kamu..”
“Ngomong
apa?”
“Aku suka
sama kamu .. Kalo kamu gimana?”
Aku tertunduk malu .. Mungkin wajah
ini memerah saat itu. Aku melirik kedua orang tuaku yang juga ada disana.
Mereka tersenyum bahagia. Dan itu membuat perasaankuk makin tidak karuan saja.
Setelah beberapa lama kami menjalin hubungan, Rafi mengajakku mampir ke
rumahnya untuk berkenalan dengan orang tuanya.
Aku gugup.
Ini adalah yang pertama bagiku. Aku benar-benar mempersiapkan diri untuk
bertemu dengan orang tuanya.
Sesampainya dirumah Rafi, tidak
seperti yang kuduga. Kupikir orang tuanya sebaik dia, abhakan lebih dan amat
sangat baik. Ternyata sangat jauh berbeda. Mereka sombong dan angkuh. Mereka
memandangku hanya sebagai sampah yang tidak berharga.
“Oh ,, Kamu yang namanya Anggi?”
“Iya,
Tante..”
“Masih
kuliah atau sudah kerja? Kerja apa?
“Emm .. Saya
kerja sama teman, Tante.. Bantu dia di took baju..”
“Oh .. Gitu
.. Saya dengar orang tua kamu tukang tambal ban yang di perempatan jalan situ
kan?”
“Iya, Tante
.. Tante kok tau?”
“Ya jelas
tau lah.. Saya sudah mencari tau tentang kamu .. Berani sekali, ya, kamu
mendekati
anak saya .. Lupa, atau gak sadar sih kamu siapa?”
“Maaf, Tante. Maksud tante apa? Saya tidak mengerti ..”
“ Oh ..
Tidak mengerti atau apa? Kamu sengaja kan mendekati Rafi, biar kamu cepat kaya?
Kamu mendekati Rafi anak saya cuma ingin harta keluarga kami, ya kan? Harusnya
kamu sadar donk kamu siapa .. Lihat kamu siapa? Gembel yang berharap jadi orang
kaya, jadi seorang ratu, menikah dengan seorang pangeran tampan, kaya, orang terpandang
… Heii .. Bangun . . . Jangan terlalu banyak mimpi .. Khayalan kamu itu terlalu
tinggi buat orang miskin seperti kamu ..
Rafi .. Mama tidak suka kamu dekat dengan orang ini ..”
“Tapi, Ma .
. .”
“Pokoknya
kalau kamu masih mau jadi anak Mama ,, jangan membantah ..”
Hatiku hancur saat itu, semua rasa
sakit menjadi satu saat itu. Aku sadar, aku memang bukan siap-siapa dibanding
mereka. Mereka orang kaya dan terpandang. Aku tidak tahan menerima hinaan dari
ibunya.
“Maaf, Tante .. Saya permisi .. “
“Yaaahh ,
silakan .. Saya juga sudah enek lihat muka kamu disini..”
Aku tidak than dengan perlakuan
ibunya terhadapku. Aku pergi, dan langsung menuju ke Jembatan Pulau Petak,
karena memang disitulah tempatku membuang segala masalah hidupku. Aku menangis
disana, bercerita seakan ada teman bicara.
Aku tidak boleh galau. Jangan sampai
ada kata GALAU dalam kamus hidupku. Aku masih punya TUHAN yang selalu ada
untukku, walaupun aku sering melupakan-Nya.
Tapi, aku masih berpikir, kenapa
manusia tidak sama? Yang miskin dan yang kaya dibeda-bedakan. Kenapa cina ada
batasnya? Yang miskin tidak boleh dengan yang kaya. Dia Telah membuatku kecewa.
Aku tak tau apa yang
kurasakan
Yang aku tau aku sangat menyayangimu tulus dari hatiku
Walaupun rasa kecewa kurasakan karena mencintaimu
Tapi rasa ini tak kan pernah berubah untukmu
Walau ku tau aku tak kan bisa memilikimu seutuhnya
Tapi rasa ini masih akan tetap sama
Tulus Mencintaimu . . .
Judul : Tirai Cinta
Tema : Kisah cinta yang tidak direstui
Tokoh dan penokohan:
1.
Anggi : Pendiam, Pemalu,
2.
Rafi :
Mudah bergaul, Baik, Penurut
3. Ibu
Rafi : Sombong, Angkuh,
Latar Tempat :
1. Taman
Kota
2. Rumah
Sakit
3. Rumah
Rafi
4. Jembatan
Pulau Petak
Latar Waktu : Sore